Thursday, 11 August 2016

TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN JIWA ANAK LAKI-LAKI

BAB  I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dilahirkan di dunia ini dalam keadaan fitrah, sehingga pengaruh lingkungan akan turut mempengaruhi perkembangan seseorang. Baik ataupun buruknya lingkungan akan menjadi referensi bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. WH. Clarck mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir merupakan makhluk yang tidak berdaya, namun ia dibekali oleh berbagai kemampuan yang bersifat bawaan. Disini mengandung pengertian bahwa sifat bawaan seseorang tersebut memerlukan sarana untuk mengembangkannya. Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam mencapai hal tersebut. Baik pendidikan keluarga, formal ataupun non formal sekalipun. Terlebih sebagai umat islam maka pendidikan islam tentu menjadi sebuah jalan yang harus ditempuh oleh semua umat.
Menurut isi makalah yang tersimpul keterbelakangan masalah dalam makalah ini tiada lain yaitu tentang tahap-tahap jiwa anak laki-laki. 

B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini tiada lain adalah untuk pemenuhan tugas yang diberikan Dosen sebagai tugas yang harus kami selesaikan. Adapun tujuan dari isi makalah ini adalah agar kita mengetahui bagaimana tahap-tahap pertumbuhan jiwa anak laki-laki seiring perkembangan jaman, dan untuk lebih interaktif dalam hal pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran ini.

C. DEFINISI DAN ISTILAH
Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki naanak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari keluarga. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam usia bayi sampai usia sekolah keluarga mempunyai peran yang dominan dalam menumbuhkembangkan rasa keagamaan dalam seorang anak.
Potensi religiositas seorang anak akan dapat berkembang baik karena adanya sentuhan dari orang tua. Melalui sentuhan orang tua ini potensi keagmaan tersebut berkembang dengan baik karena adanya pengarahan yang baik pula. Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dalam proses perkembangan rasa agama setiap individu. Kedekatan orang tua dengan anaknya menjadikan orang tua sebagai a significant person bagi anaknya. Semua perilaku keagamaan orang tua terserap oleh anak menjadi bahan identifikasi diri anak terhadap orang tuanya. Maka terjadilah proses imitasi perilaku, karena sekedar peniruan saja atau didiringi oleh keinginan untuk menjadi seperti orang tuanya. Karena proses imitasi yang terus menerus maka perilaku keagamaan orang tua terinternalisasi dalam diri anak dan mengkristal menjadi kata hati.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Usia Dini
Setiap orang tua, pasti mendambakan dan menanti-nantikan kehadiran anak, selain sebagai suatu kebanggaan, juga diharapkan dapam menjadi penerus keturunan bagi mereka. Tangisan bayi yang baru lahir akan disambut dengan penuh gembira dan harapan dari kedua orang tuanya. Anak adalah keturunan yang kedua setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil. Masa dini adalah berkaisar antara usia 3 sampai 6 tahun. Masa dini juga bias dikatakan suatu masa pada anak yang belum memasuki usia sekolah dasar. Pakar psikologi berbeda pendapat dalam menetapkan batas umur anak usia dini diantaranya :
Soemiarti Patmonodewo mengatakan anak usia dini adalah mereka yang berusia 3 sampai 6 tahun mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergeanten. Masa ini umumnya anak usia prasekolah mengikuti program penitipan anak antara 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain 3 tahun, sedangkan usia 4 sampat 6 tahun anak mengikuti program taman kanak-kanak.
Jalaludin membagi masa usia dini kepada dua masa yaitu masa antara 0 sampai 2 tahun, masa ini merupakan masa vital bagi anak dan masa 3 sampai 6 tahun, masa ini merupakan masa estetik bagi anak. Masa estetik adalah suatu masa yang akan dapat dididik secara langsung yaitu melalui pembiasaan kepada hal-hal yang baik.
B. Pertumbuhan Jiwa Anak Usia Dini
Pertumbuhan anak sangat menarik untuk dibahas, karena setiap manusia pernah mengalami proses peralihan kejiawaan, namun di antara semua manusia pertumbuhannya saling bervariasi, ada pertumbuhan yang lambat ada yang sedang, dan bahkan ada yang cepat. Setelah anak besar dengan melalui tahaptahap pertumbuhan, kedua orang tuanyalah yang sangat berperan dalam membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu, orang tua harus menanmkan nilainilai pendidikan Islam kepada anaknya utamanya pembinaan akhlak.
Anak merupakan harapan bagi orang tuanya, namun di dalam proses pertumbuhan jiwa anak banyak mengalami hambatan dan rintangan. Dalam proses pertumbuhan jiwa anak, selalu mengalami kegoncangan dalam dirinya sebagai suatu dinamika kehidupan. Pertumbuhan merupakan proses peralihan fisik seseorang dari bayi menjadi anak-anak kemudian menjadi remaja kemudian menjadi dewasa.
Pertumbuhan berasal dari kata tumbuh. Kata tumbuh berbeda dengan berkembang, tumbuh adalah sesuatu yang bersifat material. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material (unsure organ tubuh) sebagai akibat dari pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menjadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak. Ukuran pertumbuhan yang digunakan adalah berat dan tinggi. Ukuran ini secara relatif mudah diperoleh jika dibandingkan dengan ukuran perkembangan.
Pertumbuhan tidak hanya berlaku pada hal-hal yang bersifat kuantitatif, tapi juga pada hal yang bersifat kuantitatif. Material yang terdiri dari bahan-bahan yang kuantitatif adalah atom, sel, rambut, molekul dan lain-lain sedangkan material terdiri dari bahan-bahan yang kualitatif adalah kesan, keinginan, ide, gagasan, pengetahuan, dan nilai. Perubahan material pada diri manusia dapat berupa perubahan secara kualitatif dan kuantitatif.
Jadi perubahan material secara kualitatif dan kuantitatif yang terjadi pada diri manusia dapat dikatakan berkembang. Pertumbuhan itu berupa membesarnya badan dari segi kualitatif dan bertambahnya ide, gagasan dan pengetahuan dari segi kuantitatif.
Arifin berpendapat bahwa pertumbuhan adalah proses pertumbuhan dengan kehidupan fisik manusia. Dalam proses pertumbuhan seseorang yang mencapai usia tengah dewasa maka pertumbuhan fisik secara maksimal akan terhenti atau terjadi proses penurunan lapasistas fisik yang maksimal, proses penurunan itu teratur sifatnya, tetap dan dapat diprediksikan.
Pertumbuhan fisik manusia setelah lahir merupakan kelanjutan pertumbuhannya sebelum lahir. Proses pertubuhan fisik manusia berlangsung sampai masa dewasa. Selama tahun pertama dalam pertumbuhan manusia, ukuran panjang badan akan bertambah sekitar sepertiga dari panjang badan semula dan berat badanya akan bertambah menjadi selitar tiga kalinya. Setiap bagian fisik seseorang individu akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehingga masing-masing komponen tubuh akan mencapai tingkat lematangan untuk menjalankan fungsinya. Jaringan saraf otak atau saraf sentral akan tumbuhdengan cepat karena saraf pusat akan menjadi sentral dalam menjalankan fungsi jaringan di seluruh tubuh manusia.
Ada beberapa tahap-tahap proses pertumbuhan anak, namun tahap-tahap tersebut, penulis bagi menjadi tiga tahap berdasarkan karakteristik masa yang dilalui oleh seorang anak, yaitu :
1) Masa 0 sampai 2 tahun.
Pada masa ini, merupakan masa pertama yang dilalui bayi setelah dilahirkan. Dalam tahun-tahun pertama pertumbuhannya, bayi masih tergantung dengan lingkungannya. Sedangkan kemampuan yang dimilikinya terbatas pada gerak-gerak pernyatan seperti menangis dan meraban (mengeluarkan suara tanpa makna) serta mengadakan reaksi terhadap perangsang dari luar. Pada masa ini bayi dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, dapat berjalan dengan dituntun, mengulang bunyi yang didengarkannya, dan belajar menyatakan satu atau dua kata.
Dalam usia sekitaar 1 tahun bayi, barulah secara berngsung-angsur dapat mengucapkan kalimat satu kata dan disekitar usia 2 tahun diperkirakan mampu mengetahui sekitar 300 kata. Pada masa ini, anak dapat makan dengan sendiri, belajar mengontrol buang air besar dan kecil, memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka.

2) Masa 2 sampai 4 tahun.
Pada masa 2 sampai 4 tahun, anak memasuki masa estetik. Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dari berbagai segi diantaranya anak dapat belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki, berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, berjalan sendiri, bermain bersama anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya. Keadaan dunia luar makin dikuasainya dan dikenalnya melaluu bermain dan pertumbuhan kemauan. Dunia dilihat dari menurut keadaan dan batinnya.
3) Masa 4 sampai 6 tahun.
Pada masa ini, informasi yang diperoleh anak dari percobaan-percobaan yang dilakukan, pengalaman, observasi dan pertanyaan yang diajukan akan membentuk dasar-dasar pengetahuannya. Anak pada masa ini sudah mengenal abjad, bias membaca kata-kata sederhana dan menulis beberapa angka atau namanya sendiri, anak sudah mengerti konsep waktu, hari dan perbedaan musim.

C. Perkembangan Jiwa Anak Laki-laki
Para ahli pendidikan sepakat bahwa setiap periode perkembangan memiliki tugas perkembangan masing-masing. Pendidikan prasekolah bagi anak seharusnya dirancang sesuai dengan tugas perkembangan anak, supaya anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan mereka secara optimal.
Perkembangan atau development berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Dalam Kamus Psikologi ada tiga arti perkembangan yaitu : Pertama, perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai lahir sampai mati.
Kedua, perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah. Ketiga, kedewasaan atau kemunculan pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Dari ketiga arti di atas dapat dipahami bahwa perkembangan adalah perubahan. Perubahan pada diri manusia terdiri dari dua perubahan yaitu perubahan secara kualitatif akibat dari perubahan psikis dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif disebut perkembangan. Namun perubahan kualitatif yang dimaksud adalah perubahan kualitatif dari segi fungsional manuasia. Perkembangan tidak ditentukan dari segi material sebagaimana pada pertumbuhan. Tetapi dilihat dari segi fungsi-fungsi.
Perubahan kualitatif dari segi fungsi disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi dan disebabkan oleh karena adanya perubahan tingkah laku pengalaman atau belajar. Jadi dapat diartikan bahwa perkembangn adalah perubahan kualitatif dari segi fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan pengalaman atau belajar.
Dalam proses perkembangan terjadi perubahan kualitatif dari segi fungsi. Perubahan –perubahan tersebut meliputi beberapa aspek baik fisi maupun psikis. Adapun aspek fisik yang berkembang yaitu berkembangnya fungsi motorik pada bagian-bagian tubuh, fngsi sensoris pada alat-alat indera, fungsi neurotic pada system syarat, fungsi seksual pada agaian-bagian tubuh yang erotis, fungsi pernapasan pada alat pernapasan, fungsi pencernaan makanan pada alat pencernaan.
Adapun aspek psikis yang berkembang pada manusia khususnya anak usia dini adalah perkembangan kognitif, perkembangan emosi, dan perkembangan moral. Ketiga aspek perkembangan tersebut dapat dirinci menjadi sembilan aspek perkembangan yaitu perkembangan pikiran, perkembangan daya ingatan, perkembangan bahasa, perkembangan perasaan, perkembangan fantasi, perkembangan social anak, perkembangan emosi, perkembangan moral dan perkembangan keberagamaan.
1) Perkembangan Pikiran
Dalam kehidupan sehari-hari istilah pikiran sering dianggap identik dengan istilah penalaran, kecerdasan, intelegensi. Tetapi bias pula diartikan bahwa pikiran adalah hasil kegiatan berfikir. Kegiatan berfikir menggunakan sarana atau alat yang disebut akal dan otak. Dengan demikian yang dimaksud dengan perkembangan pikiran adalah hal ihwal kemampuan berpikir manusia pada masa kanak-kanak.
Pada masa anak-anak pkiran telah nampak perkembangannya tahap demi tahap, ahli psikologi sepatkat bahwa perkembangan pikiran terjadi paling pesat pada masa 3 samapai 6 tahun. Pada masa ini, pikiran anak-anak pada umumnya benar-benar telah jalan, misalnya ketika anak sedang berbicara dengan temannya.
Dalam pembicaraan itu bias terjadi Tanya jawab yang dilakukan secara bersama, apa yang dilakukan anak memerlukan kerja pikiran, supaya pembicaraannya masuk akal dan tidak dikritik oleh teman-teman. Jean Piaget mengatakan bahwa perkembangan akal pikiran anak pada periode ini, masih berada pada tahap pra operasional. Reaksi anak masih terikat kepada pengamatan inderawi yang actual, namn pemikirannya mulai terarah kepada hal-hal yang logis, meskipun masih amat sederhana. Jadi, di satu pihak si anak sudah memiliki jalan pikiran yang logis, artinya masuk akal, tetapi masuk akal itu diukur semata-mata berdasarkan kepentingan sendiri, tanpa menghiraukan kepentingan orang lain.
2) Perkembangan Daya Ingatan.
Ingatan adalah suatu daya jiwa yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh sifat perorangan, keadaan diluar jiwa (misalnya kemauan, perasaan) serta umur.
Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai umur 4 tahun. Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas terbesarnya jika anak berumur antara 8 sampai 12 tahun. Sebelum berumur setengah tahun, pada umumnya anak mengenal benda disekitarnya saja misalnya seorang ibu menyodorkan sendok makan kepadanya, anak mengenal keadaan itu, tetapi jika sendok itu diletakkan di atas meja, maka anak sudah tidak mengenal benda itu lagi. Baru berumur lebih dari satu tahun secara perlahan-lahan anak mulai mengenal lingkungannya.
3) Perkembangan Bahasa 
Pada akhir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang tahun kedua, ada perkembangan anak yang menonjol yakni mulai menunjukkan kemampuannya untuk dapat berjalan sendiri dan kemampuan berbahasa atau berbicara. Penguasaan bahasa berikutnya secara berangsur, anak akan mengikuti bakat serta ritme perkembangan yang dialami.
Anak dapat dikatakan berbicara apabila anak sudah dapat menggunakan bahasa yaitu apabila anak dapat mengeluarkan kata-kata yang berarti untuk dapat berhubungan dengan orang lain. Bayi yang berumur 6 bulan sampai 1 tahun sudah dapat dikatakan dapat berbicara seperti manuasia. Pada umur 18 bulan anak sudah dapat mengatakan sesuatu “kata yang berarti” untuk menyatakan suatu kalimat.
Pada umur 18 bulan sampai 5 tahun anak berusaha menyatakan sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan menambah kata-kata baru. Dan sejak anak berumur 3 tahun anak memperluas perbendaharaan kata-katanya melalui pertanyaanpertanyaan. Oleh karena itu respon dari orang tuanya harus bersifat positif, apabila pada masa peka di atas, anak tak dapat mendapatkan kesempatan berbicara, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan tentu anak akan mengalami kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
Perkembangan bahasa merupakan salah satu perubahan psikis yang harus diperhatikan oleh orang tua sebgai pendidik untuk anak-anaknya. Pada masa ini sebaiknya orang tua membiasakan kepada anaknya untuk senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik. Sehingga dengan pembiasaan mengucapkan kata-kata baik, anak dapat terbiasa untuk mengucapkannya hingga usia dewasa.
4) Perkembangan Perasaan
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai dengan perasaanperasaan tertentu, yaitu perasaan senang, atau tidak senang. Perasaan biasanya disifatkan sebagai suatu keadaan (state) dari individu pada suatu waktu misalnya orang merasa sedih, senang, terharu dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu. Dengan kata lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya datang dari luar, dan peristiwa-peristiwa tersebut pada umumnya menimbulkan kegoncangankegoncangan pada individu yang bersangkutan.
Bagi anak-anak perkembangan perasaan iutu sangat cepat dan besar sekali, sehingga umumnya anak-anak akan lebih emosional dibandingkan dengan orang dewasa. Pandangan mereka selalu optimis, cepat merasa puas. Sehingga mereka akan mudah merasa senang, periang, kesediahan, dan kesusahan atau justru kesenangan orang lainpun belum mereka hayati dengan baik.
5) Perkembangan Fantasi
Fantasi adalah aktifitas imajinasi untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi bagi manusia mempunyai kegunaan, maka hendaknya pendidikan berusaha mengembangkan fantasi anak didik secara sehat, misalnya melalui kegiatan-kegiatan ekspresif.
Pada masa usia dini berkembang rasa fantasi pada anak, karena pada asa ini disebut juga masa fantasi. Mereka menyenangi kreasi yang bersifat fantasi baik dalam mendengar dan membuat cerita ataupun menciptakan sesuatu secara sederhana. Kadang-kadang anak menceritakan sebuah kisah yang kelihatannya aseperti suatu kebohngan atau lepas dari kenyataan. Sifat fantasi pada anak memiliki tiga cirri yaitu bebas, spintan dan illusionistis. Anak usia 2 sampai 4 tahun, anak mempunyai kemampuan imajinasi yang besar. Mimpi-mimpi baginya bias merupakan suatu hal yang nyata, dan memperkaya kehidupan fantasinya. Imajinasi ini juga didasari oleh cara berpikirnya yang masih egosentris. Periode ini merupakan periode yang penting bagii perkembangan kognitif. Imajinasi memberi kesempatan pada anak untuk mencoba ide dan mengembangkan cara menyelesaikan masalah. Anak mulai tertarik untuk mengetahui segala sesuatu dan bertanya secara terus menerus.
6) Perkembangan Sosial 
Pada masa antara 3 sampai 5 tahun, sikap social yang positif bagi anak akan muncul dan mulai berkembang. Perkembangan sikap social didukung oleh perkembangan emosi dan proses berpikir yang semakin meningkat. Perkembangan ini merupakan factor yang penting bagi anak-anak untuk mencapai sukses dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Pada usia ini, anak berkembang dari kemilitan egosentrik (egocentric curiosity) ke kapasitas untuk bergaul dengan teman sebayanya.
Anak mulai tidak puas hanya bermain sendiri dengan benda-benda disekitarnya, bahkan kadang-kaang secara nekad minta bermain dengan teman-temannya yang sebaya, anak ingin bercakap-cakap bersama, kadang-kadang mereka kelihatan sangat akrab, tetapi kadang-kadang situasinya menjadi sulit sebab tiap-tiap anak ingin dirinya diperhatikan dan dianggap penting oleh teman-temannya dan kemudian terjadilah pertengkaran, hal ini disebabkan karena pada masa ini masih melekat sifat egosentris pada anak.
7) Perkembangan Emosi
Utami Munadar mengemukakan bahwa anak kecil atau usia dini cenderung melampiaskan emosi dalam perilakunya. Anak masih bersifat egosentris (terpusat pada diri sendiri) yang tampak dalam perilaku yang sering kurang terkendali. Perkembangan emosi ditandai denganmunculnya sikap egosentris pada diri setiap anak. Masa ini disebut masa raja kecil dengan sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan yang ditampilkan anak dengan sikap senang menantang atau menolak sesuatu yang datang dari orang disekitarnya. Masa ini disebut pula dengan masa Trotz, masa ini merupakan masa peralihan. Masa ini berlangsung sangat singkat yaitu sekitar satu tahun, dan apabila keliru dalam melayaninya, maka akan berkepanjangan, sehingga anak akan benar-benar tumbuh menjadi anak yang sukar dikendalikan. Ibarat jiwanya telah terluka, sehingga agak tampak sebagai anak berkelainan, seperti anak tidak patuh, tidak senang terhadap nasehat, sukar dibujuk, pembantah dan sebagainya.
Perkembangan emosi ini muncul disebabkan oleh kesadaran anak bahwa dirinya mempunyai kemauan dan kehendak sendiri yang dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu merupakan awal dari usaha untuk mewujudkan diri sebagai suatu dari individu dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain. Masa ini merupakan masa krisis pertama yang sangat memerlukan kesabaran dan kebijaksanaan bertindak dari orang tua sebagai pendidik. Orang tua sebaiknya tidak memaksakan kehendaknya kepada anak, namun bagi anak harus ditumbuhkan kebiasaan melakukan sesuatu yang baik.
BAB  III
KESIMPULAN

Bila kita tinjau apa yang telah diuraikan di atas, nyatalah bahwa hubungan antara orang tua dan anak, begitu pula caranya orangtua mengasuh anaknya, mempunyai arti yang vital. Secara singkat dapat disimpulkan di sini bahwa hal-hal di bawah ini perlu mendapatkan sorotan tertentu, yaitu :
  1. Bahwa masa perkembangan dini merupakan masa pembentukan yang sangat penting.
  2. Bahwa pisah dengan ibu atau putus hubungan dengan ibu terutama sesudah anak merasakan hubungan tersebut, menimbulkan perasaan tidak aman yang nampak pada gangguan-gangguan perilaku dan yang merupakan dasar bagi penyesuaian salah pada usia-usia kemudian.
  3. Bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan seorang figur ibu yang tetap yang bisa berujud ibunya biologis atau pun seorang pengasuh yang lain. Hal ini dibutuhkan supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku lekatnya dan mendapatkan perasan aman serta berani mengadakan eksplorasi keliling.
  4. Sebaliknya bahwa proteksi yang berlebih-lebihan juga menyebabkan penyesuaian yang kurang baik karena anak menjadi terlalu tergantung dan tidak mampu melakukan hal-hal yang seharusnya sudah mampu dilakukannya. Ia menjadipenakut dan pemalu yang berlebihan terhadap orang-orang yang belum dikenalnya.
  5. Bahwa stimulasi awal yang dimaksudkan untuk mempercepat proses habituasi diperlukan untuk memacu perkem bangan kongisi anak.
Sebagai kesimpulan, dapat penulis kemukakan bahwa dalam masyarakat kita pada umumnya perhatian secara khusus terhadap perkembangan psikologis masa dini anak masih perlu ditingkatkan meskipun mengenai pemeliharaan fisiknya, anak anak Balita sudah mendapatkan perhatian yang cukup besar. Kita juga sering tidak memikirkan bahwa justru bulan-bulan dan tahun-tahun pertama, bahkan mingguminggu pertama kehidupan anak menentukan sekali bagi perkembangan anak selanjutnya. Maka berdasarkan kenyataan-kenyataan inilah penulis himbau di sini agar kita tidak mengabaikan masa-masa yang awal ini, dan justru memandang masa ini sebagai masa yang banyak menentukan keadaan kepribadian dan kebahagiaan anak-anak kita nanti.
Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, tidak bisa dilepaskan dari pendidikan sebelumnya yakni dalam kandungan atau sebelum lahir (prenatal), sekitar saat kelahairan (perinatal), saat baru kelahiran (neonatal), dan setelah kelahiran (postnatal), termasuk pendidikan usia dini. Hak orang tua adalah merawat dan memelihara anaknya sebagai generasi penerus dalam keluarga, karena banyak realita dalam masyarakat, manusia dan remaja yang jahat, nakal, sadis, membunuh, memperkosa, merampok, penjudi dan mabuk-mabukan, masalahnya mungkin saja doa dan niat orang tuanya belum jelas mengenai keturunan yang diharapkan, bahkan mungkin orang tua tidak punya niat apa-apa mengenai keturunannya.


DAFTAR PUSTAKA
  • Abu Ahmadi, Psilkologi Perlembangan ( Cet. I;Jalarta: Rineka cipta, 1991),
  • Agus Suyanto, Psikologi Umum (Cet. XII; Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
  • Agus Suyanto, Psikologi Perkembangan (Cet. VII; Jakarta : Rineka Cipata, 1996)
  • Hadi Subrata, Meningkatkan Intelegensi Anak Balita (Cet. I; Jakarta : Gunung Mulia, 1988)
  • Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Cet. I; Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001
  • Kartini Kartono, Kamus Psikologi (Jakarta: Rajawali Press, 1989)
  • Kartini Kartono, Mengenal Dunia Kanak-Kanak (Cet. I; Jakarta : Rajawali, 1985),
  • Kathy Sylva Inggrid Lund, Child Development A Firs Couse diterjemahkan oleh Gianto Widianto dengan judul Perkembangan Anak : Sebuah Pengantar (Cet I: Jakarta : Arcan, 1988)


0 Berkomentar: