A. PENGGUNAAN ENERGI PANAS DALAM PENGOBATAN
Telah dibicarakan
bahwa hamparan energi panas dapat melalui konduksi, konveksi dan evaporasi.
Dengan mengetahui
sifat hamparan energi panas ini diusahakan agar dengan cara apa saja dapat
menstranferkan panas tersebut serta bagaimanakah agar energi panas tersebut
dapat mencapai tubuh. Energi panas mula-mula akan penetrasi ke dalam jaringan
kulit dalam bentuk berkas cahaya (dalam bentuk radiasi atau konduksi). Kemudian
akan menghilang di daerah jaringan yang lebih dalam berupa panas. Panas
tersebut kemudian diangkut ke jaringan lain dengan cara konveksi yang diangkut
ke jaringan seluruh tubuh melalui cairan tubuh.
a. Metoda Konduksi
Metoda ini merupakan dasar dari sifat
kedua benda. Apabila terdapat perbedaan temperatur antara kedua benda maka
panas akan ditransfer secara konduksi yaitu dari benda yang lebih panas ke
benda yang lebih dingin.
Luas daerah kontak
·
Perbedaan
temperatur
·
Lama
melakukan kontak
·
Material
konduksi panas
Melalui
metoda konduksi ini dapat berupa :
1.
Kantong
air panas/botol berisi air panas
Cara ini sangat efisien dalam pengobatan penderita nyeri. Misalnya nyeri
daerah abdomen (perut).
2.
Handuk
panas
Cara ini sangat berhasil apabila pengobatan dilakukan pada daerah otot yang
sakit. Misalnya spasme otot, fase akut poliomyelitis.
3.
Turkish
batsh (mandiuap)
Mandi uap ini sangat populer dalam masyarakat. Tetapi manfaat dari metode
ini belum diketahui dengan pasti. Hanya dikatakan sebagai penyegar atau
dikatakan mempunyai efek relaksasi otot.
4.
Mud
packs (lumpur panas)
Lumpur
panas dapat mengkonduksi panas ke dalam jaringan serta dapat pula mencegah
kehilangan panas tubuh (heat loss).
5.
Wax
bath (parafin bath)
Dengan
cara ini sangat efesien untuk mentransfer panas pada tungkai bawah terutama
pada orang tua.
Wax
diletakkan di dalam bak dan dipanaskan sampai temperatur 115° sampai
120°F. Lama merendam kaki berkisar antara 30 menit sampai 1 jam.
6.
Electric
pad
Caranya dengan melingkari kawat elemen panas yang dibungkus asbes atau
plastik. Untuk amannya dilengkapi dengan termostat. Output berkisar antara 8-10
Watt/foot.
Dikatakan dengan metode konduksi (1 s/d
6) ini dapat melakukan pengobatan terhadap penyakit :
·
Neuritis
·
Sprains
·
Strain
·
Contusio
·
Siausitis
·
Low
back pain
b.
Metoda
radiasi
Metoda ini dipergunakan untuk pemanasan permukaan tubuh serupa dengan
pemanasan dengan sinar matahari atau nyala api.
Sumber radiasi berasal dari :
1)
Electric
fire, ada dua tipe :
a)
Old type fire
Mempunyai daya 750 Watt dengan range antara merah dan mendekati infra
red serta panjang gelombang lebih
pendek dari 15.000 A°. Ini sering dipergunakan pada home
treatment.
b)
Pensil bar tiper
Ini mempergunakan reflektor
rektangular dan
“shape like
acoustic type”.
2) Infra merah
Untuk mendapat infra red
maka dipakai lampu pijar berkisar antara 250 W s/d 1.000 W serta diberi filter
merah. Gelombang
infra ref yang dipergunakan antara 800 s/d 40.000 nm (1 nm = 10-9m).
Penetrasi energi/gelombang pada kulit ± 3 mm dan meningkat di permukaan kulit. Bila kita
pergunakan large lamp maka radiasi yang diperoleh mendekati infra red, tetapi
kualitas emisi gelombang panjang radiasi lebih dari pada redient infra red heat
lamp. Lampu radient infra red berkisar antara 7.500 s/d 12.000 A° tetapi
kenyataan maksimal 40.000 A°. Kalau memakai silikon yang mengandung
chlorium resistant element didalamnya maka benda ini memproduksi cahaya serupa
dengan sinar tampak. Metode radiasi dengan infra merah ini (radient infra red)
secara umum serupa dengan metode konduksi panas, namun lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode konduksi. Oleh karena penetrasi energi panas ke
jaringan lebih dalam.
c. Metoda elektromagnetis
Ada dua metoda yang dipakai untuk
transfer panas ke dalam jaringan tubuh :
1. Short wave diathermy (Diatermi
gelombang pendek)
Agar supaya energi panas dapat
ditransfer ke dalam tubuh maka dapat dilakukan 2 cara :
1) Tehnik kondensor (Conductor technique)
2) Inductothermy (Diatermi metode induksi)
Bagian tubuh yang akan dipanasi dililitkan dengan kabel
kemudian dialiri listrik, dengan cara ini jaringan
tubuh tidak berada dalam sirkuit tetapi terletak dalam medan magnet dari suatu koil.
Aliran bolak balik di dalam koil akan menimbulkan medan
magnet yang bolak balik di dalam jaringan. Sebagai konsekwensinya timbul arus Eddy
yang memproduksi panas didaerah bersangkutan. Frekuensi yang digunakan pada
short wave diathermy 1 MHz sudah cukup untuk memanas jaringan.
Kegunaan short wave diathermy pada keadaan kram otot (muscle spasm), nyeri
pada invertebraldisk, penyakit degenerative pada
persendian dan bursitis (radang bursa).
2. Micro wave diathermy (Diatermi gelombang
mikro).
Penggunaan micro wave diathermy lebih mudah dari pada short
wave diathermy. Micro wave diathermy termasuk gelombang radio dengan ossilasi pada
frekwensi yang sangat tinggi. Energinya terletak antara short wave diathermy
dan infra merah.
Pada tahun 1940, frekwensi ossilasi yang dipakai 2.450 MHz. Ternyata pada
penelitian selanjutnya frekwensi 900 M Hz lebih efektif. Untuk memperoleh
frekwensi 900 M Hz dipakai magnetron. Penyakit-penyakit
yang memerlukan pengobatan dengan micro wave diathermy :
o Patah tulang (fracture)
o Sprains dan strains
o Bursitis
o Radang tendon
o Arthritis
d. Gelombang ultrasonik
Gelombang ultrasonik ini sangat berbeda
dengan gelombang elektro magnetis. Gelombang ultrasonik diperoleh dari
gelombang bunyi (audible sound) dengan frekwnsi mendekati 1 M Hz.
Pada waktu penggunaan ultrasonik maka
piezo electric transduser diletakkan langsung pada jaringan yang akan diobati.
Intensitas yang dipergunakan sekitar 5 watt/cm2. Penggunaan
ultrasonik lebih efektif pada tulang dibandingkan pada soft tissue oleh karena
tulang lebih banyak menyerap panas.
Ultrasonik selain dipergunakan untuk
terapi (pengobatan) juga dipergunakan untuk diagnostik.
B. ENERGI DINGIN
(COLD ENERGY) DALAM KEDOKTERAN
Kriogenik adalah pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan dan
menggunakan suhu yang sangat rendah. Dalam mempelajari efek suhu rendah pada
bidang biologi dan kedokteran, ilmu ini disebut Kriobiologi. Pada kriobiologi
akan timbul efek fatologis pada jaringan yang terkena temperatur di bawah titik
beku. Efek patologis yang dimaksud :
a. Krioadhesia (menghasilkan adhesi)
b.
Krionekrosis
(merusakkan jaringan) Melalui :
-
Pecahnya membran sel
-
Dehidrasi intraseluler
-
Denaturasi protein
-
Hipometabolisme seluler
-
Iskemik lokal
-
Respon imunologik
c. Efek hemostasis
d. Efek anastesia
Penggunaan
temperatur rendah sudah dikenal sejak 2.500 tahun sebelum masehi. Pada tahun
1840 John Gorrie telah berhasil mendinginkan udara yang dipakai sebagai “air
conditioning” bagi penderita malaria. Beliau telah berhasil membuat es dengan
menggunakan efek pendinginan udara serta berhasil mencairkan udara (-196°C) pada
tahun 1877 dan pada tahun 1908 mencairkan Helium pada temperatur -269°C.
James Dewar (1982)
telah berhasil membuat termos untuk penyimpanan material dalam keadaan panas
atau dingin. Tetapi penggunaan temperatur rendah untuk operasi (Cryosurgery)
mulai berkembang pada abad XX tepatnya pada tahun 1961 yaitu mula-mula
dilakukan Cooper (putra Amerika ahli bedah syaraf) yang mempergunakan dasar
kriobiologik untuk mengontrol gerakan-gerakan pada penderita parkinson.
Penggunaan
temperatur rendah pada bidang kedokteran :
1.
Penyimpanan
darah (Bank darah)
2.
Penyimpanan
sperma (Bank sperma)
3.
Penyimpanan
bone marrow (sumsum tulang)
4.
Penyimpanan
jaringan tubuh lainnya
5.
Penyimpanan
obat-obatan
6.
Pengobatan
edema yang diakibatkan rudapaksa mendadak (trauma akut) dan sakit kepala.
Untuk ini biasanya dipakai ice bag/kantong es.
7.
Pengobatan
nyeri dan bengkak yang lokal, biasanya dipakai kompres dingin.
8.
Operasi
jaringan kanker
Agar supaya
penyimpanan darah dapat bertahan lama dipakai 2 teknik :
a.
Thin
walled container/wadah berdinding tipis
Wadah dibuat/dikonstruksi dari metal
tipis yang terdiri dari dua dinding
sehingga volume darah terletak di antara dua dinding tersebut. Setelah darah
dimasukkan, dengan segera masukkan Liquid Nitrogen, sehingga terbentuk darah
Frozen/darah beku. Darah ini kemudian disimpan pada Nitrogen cair (-196ºC).
b. Blood sand method
Darah disemprot pada permukaan cairan Nitrogen sehingga terbentuk
butir-butir. Butir-butir darah ini kemudian dikumpulkan lalu disimpan di wadah
khusus.
C. PENERAPAN TERMOGRAFI UNTUK DIAKNOSIS
1. DASAR TERMOGRAFI
A. Slonim telah melukiskan distribusi temperatur permukaan kulit dari satu
titik ke titik yang berbeda-beda. Variasi ini tergantung kepada faktor fisik
luar dan metabolik internal serta proses sirkulasi yang dekat dengan kulit.
Telah diketahui pula bahwa setiap objek akan memancarkan radiasi. Besar
kecilnya radiasi tergantung kepada perbedaan temperatur yang ada.
Max Planck (1901) telah meletakkan basis mengenai besarnya radiasi tubuh
manusia.
2. PENGGUNAAN TERMOGRAFI UNTUK DIAGNOSIS
Hal-hal yang dapat didiagnosis dengan mempergunakan teknik termografi antara
lain :
·
Carcinoma
mammia (kanker mamma)
·
Vascular
disease (penyakit pembuluh darah)
·
Untuk
follow up pada penderita post operatif oleh karena diabetes (penyakit kencing
manis)
·
Untuk cerebral
vascular disease
·
Arthritis
acuta
·
Patello
(femoral pain (nyeri pada persendian lutut)
·
Primary
erythemalgia
3.
SKEMA
SISTEM TERMOGRAFI
Syarat yang perlu diperhatikan pada waktu akanmelakukan termografi
:
·
Pakaian
penderita harus dilepaskan sebelum melakukan termografi.
·
Penderita
sebelumnya harus ditempatkan dalam ruangan yang suhunya 21ºC
selama 20 menit, dengan tujuan agar penderita adaptasi terlebih dahulu sehingga
pada waktu melakukan termografi akan tampak kontras yang jelas. Untuk
memperoleh gambaran termografi yang jelas tidak cukup dengan termografi yang
monokromatis sebaiknya pakai color termografi/termografi yang berwarna.
0 Berkomentar:
Post a Comment