Wednesday 20 July 2016

ASKEP Pada Pasien Hidramnion

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu kekurangan air ketuban.
Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume cairan amnion pada awal kehamilan, janin akan mengalami berbagai kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak, cacat dinding perut, dan sindroma Potter , suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi pathogen serta berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.
Damato dkk. (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan congenital, diantaranya kelainan gastrointestinal, system syaraf pusat, toraks, skeletal dan sebagainya. Selanjutnya dalam makalah ini kami akan membahas tentang Hidramnion lebih lanjut dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta mengurangi angka kejadian hidramnion pada ibu hamil.


B.       Tujuan
1.      Mahasiswa dapat memahami apa itu hidramnion
2.      Mahasiswa dapat mengetahui penyebab hidramniom
3.      Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala hidramnion
4.      Mahasiswa dapat memahami bagaimana pemeriksaan penunjang pada hidramnion
5.      Mahasiswa dapat memahami tentang penatalaksanaan hidramnion
6.      Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada hidramnion

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Definisi
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu kekurangan air ketuban. (Rustam Muchtar, 1998)
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Ben-Zion Taber, 1994: 39).
Jadi, hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi normal yaitu > 2 liter. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter,  sedangkan pada kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.

B.       Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion dapat terjadi karena hal-hal berikut :
1.      Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk ke ruang amnion, misalnya urine janin dan cairan otak anensefalus
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal periode pertumbuhan fetus. Hal inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.

2.      Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bias menelan seperti pada atresia esophagus dan anensefalus.

Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
1.      Produksi air jernih berlebih
2.      Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
3.      Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban. Alhasil volume ketuban meningkat drastis
4.      Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
5.      Ada proses infeksi.
6.      Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
7.      Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
8.      Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus

C.      Patofisiologi
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion (Abramovich dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini hampir pasti secara bermakana mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada kasusu hidramnion epitel emnion sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion belum pernah ditemukan adanya perubahan histologik pada amnion atau perubahan kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970) mengukur hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan cairan amnion dalam jumlah yang cukup banyak.
Hidramnion terjadi bila produksi air kutuban bertambah , bila pengaliran air ketuban ternganggu atau kedua duanya. diduga air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion, Di samping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluarannya ialah ditelan oleh janin, di absorpsi kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Ekresi air ketuban akan terngangu bila bayi susah menelan seperti pada atresia esophagus atau tumor tumor plasenta. pada anencepalus disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormone antideuretik.
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga masih belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan control nondiabetik. Yang menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai pada wanita diabetik.


D.     Phatway
  


E.       Tanda dan Gejala
1.      Tanda
a.       Ukuran uterus lebih besar disbanding yang seharusnya
b.      Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
c.       Djj sulit terdengar
d.      Balotemen janin jelas
2.      Gejala
a.       Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut
b.      Gangguan pencernaan
c.       Edema
d.      Varises dan Hemoroid
e.       Nyeri abdomen (Hanifa, 2005)

F.       Diagnosis
Pada saat anamnesis didapatkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Perut terasa lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
2.      Sesak napas. Beberapa ibu mengalami sesak napas berat, pada kasus ekstrem ibu hanya bernapas bila berdiri tegak.
3.      Nyeri ulu hati dan sianosis
4.      Nyeri perut karena tegangnya uterus
5.      Oliguria. Kasus ini sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena uretra mengalami obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
Pada saat inspeksi didapatkan hal-hal berikut :
1.      Perut terlihat sanJgat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
2.      Ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah karena kehamilannya.
3.      Edema pada keduai tungkai, vulva, dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian besar system pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar.
Pada saat dilakukan palpasi didapatkan hal-hal berikut ini :
1.      Perut tegang dan terdapat nyeri tekan
2.      Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
3.      Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
Pada saat dilakukan auskultasi, denyut jantung janin sulit untuk didengar.
Pada saat melakukan Rontgen foto abdomen :
1.      Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang banyak janin tidak jelas
2.      Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)

Pada saat melakukan pemeriksaan dalam Selaput ketuban teraba dan menonjol  walaupun diluar his

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto rontgen (bahaya radiasi)
2.      USG
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm pada pemeriksaan USG. Berdasarkan pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
a.       Mild Hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam dimensi vertical. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi
b.      Moderate Hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
c.       Severe Hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebbas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
H.      Penatalaksanaan
Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase :
1.      Waktu hamil
a.       Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis.
b.      Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi uterus.
c.       Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan masukan serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep karena terdapat kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan tekanan uterus.
d.      Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat efektif dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e.       Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau menghentikan persalinan premature.
f.       Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi  his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1)     Timbul his
2)     Trauma pada janin
3)     Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4)     Infeksi serta syok
5)     bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2.      Waktu partus
a.     Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b.     Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau menghentikan persalianan premature.
c.     Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
d.    Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.

3.      Post partum 
a.     Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika.
b.     Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c.     Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d.    Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap  factor yang dapat membuatnya tidak mampu menelan in utero.

-        Terapi Medis
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap; darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal, ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1.      Hidramnion menahun
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
a.       Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan jumlah air ketuban
Kerugiannya :
-     Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju SSP
-     Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi perubahan hemodinamik setelah lahir.
b.      Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk menetapkan AFI atau poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya oligohidramnion.

2.      Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a.    Amniosestesis
1.      Dinding abdomen didesinfeksi
2.      Tutup dengan duk steril sekitarnya
3.      Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen langsung ke kavum uteri dengan tuntunan USG
4.      Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali tindakan.
5.      Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan usia kehamilan kurang dari 35 minggu
Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
1.      Sebagai induksi persalinan premature
2.      Terjadi solusio plasenta
3.      Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan perdarahan intrauteri
4.      Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi profilaksis mortalitas maternal.

b.    Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu, tetapi memiliki kelainan congenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi. Amniotomi dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan mengharapkan “euthanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan kongenitalnya bersifat fatal.
Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan congenital yang berat, tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu pertimbangan ini diambil setelah mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk “informed consent” sehingga jika terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.

3.      Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu. Amniotomi merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran :
a.      Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b.      Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan janin akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a.       Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan seksio sesarea.
b.      Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air ketuban yang deras akan meningkatkan tindakan seksio sesarea pada hidramnion





I.         Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
a.       Identitas pasien
Dalam pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji seperti : nama pasien, umur, alamat, pekerjaan, agama, suku, nama penanggung jawab, hubungan penanggung jawab dengan klien dan sebagainya.
b.      Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang biasa ditemui :
-        perut lebih berat dan lebih besar dari biasanya
-        mengeluh sesak nafas
-        mual muntah
-        nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c.       Riwayat kesehatan
-         Lalu          : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
-        Sekarang    :  mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
-        Keluarga      :   mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d.      Riwayat pernikahan
e.       Riwayat menstruasi
f.        Riwayat kehamilan dan persalinan
g.      Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi  yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk berhenti memakai kontrasepsi.

h.      Pemeriksaan fisik
1)      Aktifitas
-        kelelahan,
-        aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
2)      Sirkulasi
-        TD dan nadi mungkin menurun yang berhubungan dengan kompresi vena kava
-        DJJ sulit terdengar
-        Waspada terhadap adanya deselerasi variebel yang dapat berindikasi prolaps tali pusat
-        Sionasis
3)      Integritas ego
Kehamilan biasanya direncanakan.
4)      Eliminasi
-        Konstipasi,
-        Oliguria berat
5)      Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada edema karena uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma dan pembuluh darah pelvis
6)      Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia gravis, paralisis)
7)      Pernapasan
Sesak nafas yang parah
8)      Seksualitas
-        Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
-        Vulva dan perineum membengkak
-        Kaji diameter pelvis

i.        Pemeriksaaan diagnostik
1)      USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
2)      Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional. Ibu yang mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami hidramnion.
3)      Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit meningkat
4)      Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
5)      Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan pembekuan bila ada perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko terjadinya perdarahan sangat tinggi.

j.        Analisa Data
No
Tanda
Penyebab
Masalah
1
DS: pasien Biasanya sering sesak nafas
DO:
-   Adanya masalah sirkulasi/ pernapasan
Tekanan diafragma ke arah paru


Diepneu( sesak nafas)


Pertukaran gas terganggu
Pertukaran gas terganggu
2
DS:  pasien mengatakan perutnya besar tidak seperti biasanya
DO:
-   Perut besar tidak sesuai umur kehamilan
-   PaienTampak gelisah
Cairan amnion


Pembesaran rongga rahim

Prubahan fisik seprti pembesaran eerut tidak sesuai umur kehamilan


cemas
Ansietas
3
DS:  pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya
DO:
-   Tampak bingung
-   Sering bertanya- tanya tentang penyakitnya
-   Tampak gelisah
Pembesran rongga rahim


 Prubahan fisik sprti pembesran Perut tidak sesuai umur kehamilan


Kurangnya pengetahuan
Kurangnya pengetahuan
4
DS: pasien mengatakan cepat lelah, sesak dan tidak nyaman
DO:
-   Pasien tampak lemah, lemas
Cairan amnion berlebihan

Menekan diafragma ke arah paru


Dispneu


Kondisi lemah dan kelelahan
Intoleransi aktifits
5
DS: pasien mengatakan perutnya tegang
DO:
-   Perut terlihat lebih besar dari usia kehamilan
Cairan berlebihan


Pembesaran rongga rahim


Peningkatan pergerakan janin


Resiko cidera tinggi
Resiko cidera tinggi

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
b.      Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
c.       Intoleransi aktivitas b/d dispneu
d.      Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion
e.       Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion

3.      Intervensi Keperawatan
Dx1 : Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
Tujuan : setelah dilakukan intervensi, gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria Hasil :
-       Pasien tidak sesak lagi
-       RR normal (18-20 x/menit)
-       Klien merasa nyaman
Intervensi
Rasional
-   Kaji kelainan pernapasan yg dapat mempengaruhi fungsi paru, seperti asma atau tuberkulosis, frekuensi pernapasan, atau upaya ibu dan munculnya bunyi nafas.
-   Perhatikan kondisi yg menimbulkan perubahan vaskular/penurunan sirkulasi plasenta (mis : diabetes, masaalah jantung) atau yg mengubah kapasitas pembawa oksigen (mis : anemia, hemoragi)
-   Pantau TD dan nadi



-   Tingkatkan istirahat di tempat tidur/kursi pada posisi tegak atau semifowler bila upaya pernafasan menurun

-   Anjurkan pasien u/ melakukan posisi miring kiri.


-   Tinjau ulang sumber vitamin C, zat besi,dan protein. Identifikasi zat-zat yg membantu absorbsi zat besi (asam sedang, vit. c) dan yg menurunkan absorbsi (alkalin sedang, susu)
-   Beri obat-obat sesuai indikasi :
·    Teofilin
·    Besi dekstran (inferon)
-   Beri oksigen supplemental
-   Kondisi ini, baik yg ada sebelum atau selama kehamilan, yang meenurunkan atau mempengaruhi kapasitas pertukaran oksigen, menganggu pertukaran gas normal.
-   Luasnya masalah vaskular maternal dan penurunan kapasiatas pembawa oksigen berpengaruh langsung pada sirkulasi dan pertukaran gas uteroplasenta.

-   Peningkatan TD dpt menandakan HAK; penurunan TD dan peningkatan nad dpt menyertai hemoragi.
-   Menurunkan upaya pernapasan dan meningkatkan konsumsi oksigen sesuai penurunan diafragma, meningkatakan diameter dada vertikal.
-   Meningkatkan perfusi ginjal/plasenta, juga merupakan posisi efektif untuk mencegah syndrom hipotensi terlentang.
-   Ketidakadekuatan nutrsi dapat mengakibatkan anemia defisiensi zat besi dan dapat menimbulkan masalah transpor oksigen.

-   Mendilatasi bronkial, tetapi dapat dihubungkan dengan efek samping takikardi pada klien atau janin
-   Pemberian parenteral mungkin perlu pada adanya anemia defisiensi zat besi berat untuk meningkatkan oksigen ibu.

Dx. 2 : Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan ansietas berkurang atau hilang
Kriteri Hasil
-          Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
-          Kecemasan pasien berkurang atau hilang
-          Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh menunjukan kurangnya kecemasan
Intervensi
Rasional
-   Perhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap kemampuan untuk membuat keputusan


-   Berikan kehangatan secara emosional dan situasi medukung dan terima klien/pasangan seperti adanya mereka.
-   Berikan akses 24 jam pada tim perawat kesehatan.
-   Kaji tingkat stres klien/pasangan berkenaan dengan komplikasi medis.
-    
-   Kaji respon fisilogis terhadap ansietas (TD, nadi)
-   Stres yg tidak diatasi dapat mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas kehamilan dengan penerimaan normal dari kehamilan atau janin.
-   Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.
-   Ansietas dapat dikurangi apabila informasi atau bantuan telah ada.
-   Hubungan keluarga yg buruk dan tidak tersedianya sistem pendukung dapat meningkatkan tingkat stres.
-   Anxietas/stres dapat disertai dgn pelepasan katekolamin, menciptaka respon fisik yg mempengaruhi rasa sejahtera klien dan kemudian meningkatkan anxietas.
Dx.3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien mampu beraktivitas seperti biasa
Kriteria Hasil
-       Mampu melakukn aktivitas sehari-hari secara mandiri
-       Tanda-tanda vital normal
-       Mampu berpindah: dengan atau tanpa bantuan alat
-       Pasien merasa lebih nyaman dengan keadaannya
Intervensi
Rasional
-   Anjurkan klien mengikuti aktifitas dengan istirahat yg cukup.



-   Anjurkan istirahat yg adekuat dan penggunaan posisi miring kiri.

-   Anjurkan menghindari perjalanan dan perubahan ketinggian pada trimester ke-3


-   Tekankan pentingnya aktifitas hiburan yg tenang.

-   Anjurkan tirah baring yg dimodifikasi/komplit sesuai indikasi
-   Menghemat energi dan menghindari penegrahan tenaga terus menerus untuk meminimalkan kelelelahan/kepekaan uterus.
-   Meningkatkan aliran darah ke uterus dan dapat menurunkan kepekaan/ aktifitas  uterus
-   Gerakan perjalanan, posisi duduk yg lama, dan penrunana ksigen tampak menurunkan kepekaan uterus.
-   Mencegah kebosanan dan meningkatkan kerja sama dgn pembatasan aktifitas.
-   Tingkat aktifitas mungkin perlu modifikasi tergantung pada gejala aktifitas uterus, perubahan servix atau perdarahan.



Dx4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidramnion
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan pengetahuan klien dan keluarga meningkat
Kriteria hsil
-       Klien mengerti tentang penyakit yang dialaminya
-       Klien mampu melaksanakan intruksi yang diberikan oleh tenaga medis
-       Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
Intervensi
Rasional
-   Beri informasi mengenai hidramnion dengan penjelasan yg singkat dan sederhana sesuai tingkat pendidikan klien dan keluarga dari perubahan patofisiologis dan implikasi.
-   Beri informasi yang tepat berkenaan dgn skrining dan metode test seta prosedur.
-   Identifikasi tanda-tanda bahaya yang memerlukan pemberitahuan segera terhadap pemberi keperawatan (KPD, persalinan preterm, perdarahan vagina)
-   Tekankan pentingnya melaporkan peningkatan atau perubahan rabas vagina.



-   Anjurkan klien untuk mengkaji tonus/kontraksi uterus satu jam sekali atau dua kali sehari.
-   Tingkat pengetahuan berdampak langsung pada hasil kehamilan beresiko tinggi khususnya hidrmanion.

-   Pemahaman tentang tes dapat menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama klien.
-   Pengenalan situas beresiko mendorong evaluasi/interensi segera, yg dapat meningkatkan atau membatasi hasil.
-   Dapat menunjukkan perubahan servix, menandakan kebutuhan untuk pemeriksaaan terhadap infeksi vagina yang dapat mencetuskan persalinan praterm/KPD
-   Meskipun kontraksi uterus terjadi kadang-kadang, dilatasi servix dapat terjadi bila kontraksi terjadi tiap 10 menit atau kurang selama periode satu jam.

Dx5 : Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan resiko cidera berkurang
Kriteria hasil :
-       Janin terbebas dari risiko cidera
-       Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah cidera
-       klien mampu mengenali perubahan status kesehatan

Intervensi
Rasional
-   Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.




-   Bantu dalam skiring dan mengidenfikasi kelainan genetik atau kromosom.

-   Kaju denyut jantung janin(DJJ), perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan klien memantau gerakan janin setiao hari sesuai indikasi. Perhatikan adanya kondisi ibu yang berdampak pada DJJ.
-   Kaji atau periksa adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun tidak diertai dengan dilatasi serviks.

-   Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa fetoprotein serum (AFP) pada gestasi minggu ke-14 sampai ke-16 dan amniosintesis bila kadar abnormal.



-   Beri suplemen oksigen sesuai kebutuhan.
-   Memanjakan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.Perkembangan hipermesis gravidum memerlukan perawatan di rumah sakit.
-   Kelaianan seperti fenilketonuria tindakaan yang khusus untuk mencegah efek negatif pada pertumbuhan janin.
-   Takikardia pada janin yang term dapat menandakan mekanisme kompensasi untuk menurunkan kadar oksigen dan/atau sepsis.


-   Terjadi pada 6%-7% dari semua kehamilan dan dapat mengakibatkan kelahiran janin preterm.
-   Dengan kerusakan tube neural (paling umum spina bifida dan anensefali), AFP ada pada serum maternal pada tingkat 8x lebih tinggi dari normal pada gestasi minggu ke-15. Kemudian menurun sampai term.
-   Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada kasus hidramnion dimana Ibu mengalami sesak nafas.

4.      Evaluasi
Merupakan tindakan akhir dari proses keperawatan, yaitu untuk mengetahui perkembangan penyakit pasien serta efektifitas pengobatan yang sudah diberikan. Adapun evaluasi yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a)      Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b)      Pasien merasa lebih nyaman
c)      Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d)     Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e)      Ansietas pada pasien berkuran atau hilang


BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Hidramnion atau adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal (Rustam Muchtar. 1998).
Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter,  sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf pusat dan traktus gastrointestinal

B.       Saran
Bagi tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hidramnion.
Bagi ibu hamil, harus lebih sering memeriksakan kondisi kehamilannya karena pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk menghindari terjadinya hidramnion
  
DAFTAR PUSTAKA

Davison, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Fadlun dan Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika : Jakarta

Gary, F, Cunningham.; Obstetry William. Jakarta. Hal 910-915 (2005).

Mochtar, Rustam.; Sinopsis Obstetry. Jakarta. Hal 252-255 (1998).

Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan. Jakarta. Hal 358-359 (2002).


0 Berkomentar: