Saturday 23 July 2016

Makalah Rencong Aceh

BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menyebut senjata rakyat Aceh, selain meriam dan senjata api, yang paling terkenal adalah rencong. Bahkan, salah satu gelar tanah Aceh disebut juga sebagai “Tanah Rencong”.
Rencong atau ada pula yang menyebutnya reuncong, merupakan senjata tradisional masyarakat Aceh. Rencong Aceh memiliki bentuk seperli huruf [L] atau lebih tepat seperti tulisan kaligrafi bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau atau pedang).
Menurut sejarahnya, rencong memiliki tingkatan. Pertama, rencong yang digunakan oleh raja atau sultan. Rencong ini biasanya terbuat dari gading (sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Kedua, rencong-rencong yang sarungnya biasa terbuat dari tanduk kerbau atau kayu, sedangkan belatinya dari kuningan atau besi putih. Secara umum, ada empat macam rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat Aceh.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah sejarah rencong aceh ini adalah agar untuk lebih mendalam lagi pengetahuan pembaca tentang sejarah-sejarah senjata khas aceh, dan sejarah aceh lainnya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir yang diberikan dosen agar dapat diselesaikan dengan baik.



BAB  II
PEMBAHASAN

2.1  Makna Rencong Dalam Masyarakat Aceh
Rencong (Reuncong) adalah senjata tradisional dari Aceh. Rencong selain simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap pejuang Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.
Bentuk rencong berbentuk kalimat bismillah, gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya merupaka aksara Sin, bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat dengan gagangnya merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Lam, ujung yang meruncing dengan dataran sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas merupakan aksara Ha.
Rangkain dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan kalimat Bismillah. Jadi pandai besi yang pertama kali membuat rencong, selain pandai maqrifat besi juga memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu , rencong tidak digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk berbuat keji, tetapi rencong hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan berperang dijalan Allah.
Rencong yang ampuh biasanya dibuat dari besi-besi pilihan, yang di padu dengan logam emas, perak, tembaga, timah dan zat-zat racun yang berbisa agar bila dalam pertempuran lawan yang dihadapi adalah orang kebal terhadap besi, orang tersebut akan mampu ditembusi rencong.
Gagang rencong ada yang berbentuk lurus dan ada pula yang melengkung keatas. Rencong yang gagangnya melengkung ke atas disebut rencong Meucungkek, biasanya gagang tersebut terbuat dari gading dan tanduk pilihan.
Bentuk meucungkek dimaksud agar tidak terjadinya penghormatan yang berlebihan sesama manusia, karena kehormatan yang hakiki haya milik Allah semata. Maksudnya, bila rencong meucungkek disisipkan dibagian pinggang atau dibagian pusat, maka orang tersebut tidak bisa menundukkan kepala atau membongkokkan badannya untuk memberi hormat kepada orang lain karena perutnya akan tertekan dengan gagang meucungkek tersebut.
Gagang meucungkek itu juga dimaksudkan agar, pada saat-saat genting dengan mudah dapat ditarik dari sarungnya dan tidak akan mudah lepas dari genggaman. Satu hal yang membedakan rencong dengan senjata tradisional lainnya adalah rencong tidak pernah diasah karena hanya ujungnya yang runcing saja yang digunakan.

2.2  Seni Rencong
Rencong termasuk salah satu hasil seni tradisional, sejak zaman dahulu rencong dalam penggunaannya berfungi sebagai berikut : Sebagai perhiasan ; rencong ini dipergunakan sehari-hari sebagai perhiasan (pakaian) yang diselipkan di pinggang ; Sebagai seni (seni ukir) dan sebagai alat kesenian seperti dipakai dalam pertunjukkan tari seudati ; Rencong sebagai perkakas dipergunakan sebagai alat pelobang pelepah rumbia dan sebagainya ; Rencong sebagai senjata perang untuk menghadapi musuh-musuh peperangan yang ingin menjajah Aceh seperti Inggris, Belanda dan sebagainya. Menurut catatan sejarah rencong mulai dipakai pada masa Sultan Ali Mugayatsyah memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528. Pada waktu itu masih berorientasi pada kepercayaan Islam yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah aceh. Sehingga kedudukan rencong adalah sebagai berikut : gagangnya yang melekuk kemudian menebal pada bahagian sikunya merupakan aksara Arab Ba ; Bujuran gagang tempat genggaman berbentuk aksara Arab Sin ; Bentuk-bentuk lancip yang menurun ke bawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara Arab Mim ; Lajur-lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan aksara Arab Lam dan ujung yang runcing sebelah atas mendatar dan bahagian bawah yang sedikit melekuk ke atas merupakan aksara Arab Ha.
Dengan demikian rangkaian dari aksara BA, MIM, LAM dan HA itu mewujudkan kalimah “BISMILLAH”. Ini berkaitan dengan jiwa heroic dalam bentuk senjata tajam yang dipakai sebagai senjata perang untuk mempertahankan agama Islam dari penjajahan orang-orang yang anti Islam. Saat sekarang ini untuk kawasan Aceh Besar tempat penempaan rencong terdapat di desa Bait (Sibreh ) dan desa Lamblang (Darul Imarah). Pada zaman dahulu tempat penempaan ini tersebar di seluruh Aceh Besar yang antara lain : Kampung Pandee ; Seuneulop ; Lam Blang ; Baid ; Ulee Kareng ; Lam Pakuk ; Indrapuri ; Seulimeum ; Lhong dan sebagainya. Namun untuk saat sekarang tempat tersebut ada yang masih diperdayakan dan banyak juga yang sudah tidak diperdayakan lagi. Ini disebabkan oleh faktor kemampuan sumber daya manusia maupun karena keterbatasan modal usahanya. 

2.3  Jenis-Jenis Rencong
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi. 
1.      Rincong Meupucok

Rencong yang mempergunakan ukiran emas pada gagang bahagian atas. Gagangnya kelihatan kecil pada bahagian bawah dan mengembang membesar pada bahagian atasnya. Permukaan pada bahagian atas berukiran emas. Bentuk ukirannya antara lain : Kembang berantai, Kembang daun, Kembang mawar dan ada juga berbentuk aksara Arab. Hulu rencong Meupucok adalah ditutupi dengan ukiran emas pada bahagian atas, dibungkus dengan emas bahagian putingnya dan biasanya terbuat dari tanduk dan gading.
2.      Rencong Meucugek

Rencong ini mempergunakan cugek (bergagang lengkung 90 %). Cugek melengkung ke bahagian belakang mata rencong kira-kira 15 cm sehingga dapat berbentuk siku-siku. Cugek ini gunanya efektif tidak mudah lepas dari tangan saat melakukan pembelaan diri, sehingga dapat mmenerkam dan menikam lawan secara bertubi-tubi serta mudah dicabut kembali walaupun sumbunya dalam keadaan berlumuran darah oleh karena cugek sebagai penahan pergelangan tangan bahagian belakang. 
3.      Rencong Meukuree
Rencong yang mempunyai kuree pada mata. Bentuk kuree bermacam-macam ada yang berbentuk seperti : bunga-bunga ; ular ; lipan ; akar kayu ; daun ; dan kayu-kayuan. Gambar ini bukan sengaja dibentuk, tetapi terbentuk secara sendirinya waktu rencong itu ditempa. Rencong ini berbeda dengan yang lainnya, semakin lama disimpan semakin banyak kureenya dan semakin mahal harganya serta semakin bertambah magisnya. 
4.      Rencong Pudoi

Pudoi artinya menengah (biasa). Ini dapat di lihat dari gagangnya. Gagang rencong ini tidak sama dengan rencong meupucok, meucugek atau meukuree. Hulu rencong Pudoi adalah pengangan tanpa variasi, kelah (pembungkus bahagian bawah hulu dan puting yang kadang-kadang dibesarkan sedikit agar tidak tertutup dengan gagang yang sederhana bila ditancapkan pada sasarannya. Gagang rencong Pudoi ini tidak ada lengkungnya. Sejarah rencong Pudoi ini mulai tahun 1904 Belanda tidak memperbolehkan memakainya. Sehingga larangan tersebut sangat melukai hati orang Aceh dan bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu. Maka jalan lain adalah mengelabui peraturan Belanda tersebut dengan cara merubah bentuk rencong meucugek (meucangee) kebentuk lain yaitu rencong rencong Pudoi. Dengan perubahan bentuk maka orang Aceh tetap memakainya tanpa diketahui oleh orang Belanda kecuali diperiksa seluruh badannya. Adapun untuk menyembunyikan keberadaan rencong maka diselipkan di pinggang di bawah kain sarung ataupu celana tanpa di ketahui oleh Belanda, sehingga mereka tidak mematuhi larangan Belanda. 


2.4  Cara Membuat Rencong
Tehnik pembuatan alat-alat dari besi sudah berkembang di daerah Aceh. Di samping dibuat untuk keperluan sendiri, juga untuk dijual ke daerah lain di dalam maupun di luar Aceh. Teknik pembuatannya sudah mencapai tingkat yang baik, barang-barang yang diproduksi sering tidak mencukupi. Hal ini dapat menambah gairah para pekerja untuk memproduksi lebih banyak dan meningkatkan kualitas mutunya, sehingga rencong bentuknya bervariasi serta ukiran-ukiran yang menarik. Para pendatang dari luar daerah banyak yang membawa rencong hias sebagai cindera mata dari Aceh. 
Bahagian-bahagian rencong adalah : Hulu rencong ; Ukiran rencong ; Perut rencong ; Ujung rencong ; Batasan rencong. Untuk memperindah rencong maka diperkaya dengan variasi membuat ukiran pada gagangnya. Ukiran-ukiran dari emas digunakan pada hulu, puting dan batang rencong. Bentuk ukiran ini tergantung pada keinginan sipemakai atau penciptanya.
Untuk memperindah seni yang terdapat pada sebuah rencong maka ditambah lagi dengan pembuatan sarungnya. Sarung rencong biasanya dibuat dari kayu ataupun tanduk kerbau dan ada dari gading gajah. Kayu yang dipergunakan antara lain : bak keupula (bunga tanjung), bak panah (batang nangka), bak mee (batang asam jawa) dan lain sebagainya.6 Adapun motif-motif sarung rencong terdiri dari motif fauna dan motif flora. Motif fauna adalah : ukiran ular, naga, ayam jago, burung nuri, kupu-kupu dan sebagainya sedangkan motif flora adalah : gambar-gambar bunga, buah dan daun.
Produksi barang-barang tersebut dibuat pada tempat penempaan besi yang disebut pandei beuso. Tiap pandei beuso (pandai besi) dipimpin oleh seorang utoh beuso (tukang / pandai besi) dan seorang asisten serta para pekerja. 
Alat yang digunakan para pandei beuso (pandai besi) antara lain : tungku (tempat menghidupkan api), pompa angin untuk meniup api yang terbuat dari kulit kambing, tempat air untuk menyepuh besi, palu besi, gergaji besi, kikir, alas untuk tempat memukul besi dan membentuk benda yang akan ditempa, Jepitan dan lain-lain. Adapun bahan baku yang dipergunakan : besi biasa, besi baja, besi hancuran, tembaga dan besi putih dengan catatan besi tidak boleh berkarat.
Besi untuk membuat rencong harus besi pilihan yang baik dan bebas dari karat, biasanya besi putih agar tidak berkarat, namun boleh juga besi-besi lain, ini tergantung pada keinginan sipembuat atau sipembeli. Besi putih lebih mahal harganya dari pada besi biasa . Ada juga rencong yang dibuat dari besi yang dicampur dengan sedikit tembaga atau kuningan ataupun emas. Hal ini penting kalau sekiranya ada orang yang mempunyai ilmu ghaib (magic) terhadap senjata dari besi, maka dengan adanya tembaga atau emas pada rencong tersebut maka diperkirakan kekebalan ilmunya akan berkurang. Lain halnya dengan besi untuk membuat pisau dapur , ini cukup besi apa saja. Untuk membuat parang ini memerlukan besi yang keras agar parang tersebut tidak lembek atau patah (biasanya per motor atau besi rel kereta api) dan nantinya dapat menghasilkan parang yang tajam.

2.5 Asal Usul Rencong
darimana sebenarnya Rencong ini, jika kita mencari sumber akan sangat sedikit referensi ataupun sumber sejarah yang kita dapatkan, namun asal mula rencong terekam dalam sebuah legendaAceh. Dalam sebuah cerita rakyat dikisahkan.
“Zaman dahulu di Aceh hidup seekor burung raksasa sejenis Rajawali, masyarakat Aceh menyebutnya "Geureuda". Keberadaan burung raksasa tersebut sangat menggangu kehidupan rakyat. semua jenis tanaman, buah-buahan dan ternak rakyat dilahapnya.Semua jenis perangkap dan senjata yag digunakan untuk membunuhnya tidak mapan, malah makin lama "Geureuda" tersebut makin beringas melahap tanaman rakyat.

Oleh raja yang berkuasa ketika itu, menyuruh seorang pandai besi yang juga ulama untuk menciptakan sebuah senjata ampuh yang mampu membunuh "Geureuda" tersebut. Oleh pandai besi yang mempunyai tentang perbesian  atau perlogaman dalam cabang fisika bernama METALOID, setelah melakukan puasa, sembahyang sunat dan berdoa baru menempa besi pilihan dengan campuran beberapa unsur logam jadilah  sebuah senjata yang benama Rencong. Akhirnya dengan Rencong inilah burung tersebut dapat dibinasakan, berkat rencong tersebut akhirnya menjadi senjata yangsimbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan Rencong  sebagai simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakatAceh terlihat bahwa hampir setiap pejuangAceh membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.



BAB  III
KESIMPULAN

Rencong atau ada pula yang menyebutnya reuncong,merupakan senjata tradisional masyarakat Aceh. Rencong Aceh memiliki bentuk seperli huruf [L] atau lebih tepat seperti tulisan kaligrafi bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau atau pedang).
Menurut sejarahnya, rencong memiliki tingkatan. Pertama, rencong yang digunakan oleh raja atau sultan. Rencong ini biasanya terbuat dari gading (sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Kedua, rencong-rencong yang sarungnya biasa terbuat dari tanduk kerbau atau kayu, sedangkan belatinya dari kuningan atau besi putih. Secara umum, ada empat macam rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat Aceh sebagaimana dilansiracehforum.com
Rencong Meucugek. Disebut meucugek karena pada gagang rencong terdapat suatu bentuk panahan dan perekat yang dalam istilah Aceh disebut cugek ataumeucugek. Cugek ini diperlukan untuk mudah dipegang dan tidak mudah lepas waktu menikam ke badan lawan atau musuh.
Rencong Meupucok. Rencong ini memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari ukiran logam yang pada umumnya dari emas. Gagang dari rencong meupucok ini kelihatan agak kecil, yakni pada pegangan bagian bawah. Namun, semakin ke ujung gagang ini semakin membesar.
Rencong Pudoi. Rencong jenis ini gagangnya lebih pendek dan berbentuk lurus, tidak seperti rencong umumnya. Terkesan, rencong ini belum sempurna sehingga dikatakanpudoi. Istilah pudoi dalam masyarakat Aceh adalah sesuatu yang diangap masih kekurangan atau masih ada yang belum sempurna.
Rencong Meukuree. Perbedaan rencong meukureedengan jenis rencong lain adalah pada matanya. Mata rencong jenis ini diberi hiasan tertentu seperti gambar ular, lipan, bunga, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA




ü  Seni dan Makna Rencong Aceh (Jenis Keahlian Tradisional Masyarakat Aceh), gerbangaceh.blogspot.com

ü  http://lidahtinta.wordpress.com/2009/03/10/rencong-aceh/

0 Berkomentar: