Wednesday, 20 July 2016

ASKEP SCABIES

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal yang bernama Sarcoptes Scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok.
Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk. 
Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. (Kenneth, F,1995)
Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. 
Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 % (Sungkar,S, 1995).
1.2 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien Scabies dengan menggunakan metode proses keperawatan.
1.3 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit scabies 
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamneses
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawata

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita.  (Soedarto, 1992).
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi kutu sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada stratum korneum kulit, terutama pada tempat predileksi (Wahidayat, 1998). 
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
Menurut Handoko (2007), scabiesadalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes scabei. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo.Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi  dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. (Handoko, 2007) .
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000).
Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang menimbulkan gatal-gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang miskin yang hidup ditengah kondisi hygene yang dibawah standar, meskipun sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat bersih. Skabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula terinfeksi.Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki depannya, kutu tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 4 hingga 4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dlam tempo sekitar 10 hari.
Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis, pada babi oleh S. scabiei var suis, pada kambing oleh S. scabiei var caprae, pada biri-biri oleh S. scabiei var ovis.
Scabies ialah penyakit yang disebabkan zoonosis  yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamily Sarcoptes. Pada manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis. (Sacharin, R.M, 2001).
Di Indonesia penyakit skabies sering disebut kudis, penyakit gudik wesi (jawa timur, jawa tengah), budug (jawa barat), katala kubusu (sulawesi selatan). Disebut juga agogo atau disko, hal ini kemungkinan karena penderita menggaruk badanya yang gatal menyerupai orang menari (Hamzah, 1981)
 

2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei Varian Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. 
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000).
a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. (Republika on-line, 26-12-2009)
c. Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50. Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Juanda, 2001). 
Kurang lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat menularkan penyakitnya (Howard, 1999).

   
Tungau Sarcoptes scabiei
2.3 Pengklasifikasian Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995) :
a. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies Incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas.
c. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal  dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
 
Scabies Nodular
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. Scabiei Var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia (Krustosa)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi  kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo , ektima  sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
 
Scabies pada bayi dan anak
g. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000)

2.4 Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. 
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi , krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. (Handoko, R, 2001).



2.5 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar , siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi , impetigo, dan furunkulosis. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)

2.6 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, dan furunkel . Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis. 
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis. 
Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara berlebihan.selain itu dapat terjadi:
Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit lain.
Infeksi sekunder
Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan. Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
Infiltrat
Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

2.7 Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya
d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000).

2.8 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti skabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan. (Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salepyang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi.Banyak sekali obat-obatan yangtersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutudewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.
Sistemik
1. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal, misalnyaklorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
2. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin, eritromisin.
Topikal
Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya haruslebih dari 3 hari berturut-turut.
2. Emulsi benzil-benzoas 20 ? 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikansetiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapatmenimbulkan iritasi kulit.
3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semuastadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit.Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anakdibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap susunan sarafpusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh tubuh. Dapatdiulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.
4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek antiskabies,juga bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalutoksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif mahal.
Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung sampai sekitar 4 minggu lamanya.Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau pun antihistamin untuk mengatasinya.
Non-farmakologis (+Pencegahan)
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikanadalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapatdilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih atau merebusdengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga kering. Menghilangkan faktor predisposisi, antara lain dengan penyluhanmengenai higiene perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu skabies tidak hidup disana.
2.9 Diagnosa
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biolgi
2.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
   3.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian  sekunder
4.    Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
5.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema





















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1.    Identitas pasien
2.    Riwayat kesehatan
a.   Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan gatal terutama pada malam hari.
b.   Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c.    Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi
d.   Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami yaitu kurap, kudis.
3.    Pola fungsi kesehatan
a.   Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS terdekat.
b.   Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :
Aktivitas 
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
c.    Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat pada malam hari.
d.   Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e.   Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f.    Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran dan penglihatan normal.
g.    Pola peran hubungan
h.    Pola konep diri
i.     Pola seksual reproduksi
j.    Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k.    Pola koping
Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Takut terhadap kekerasan : tidak
Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk sembuh
4. Pemeriksaan Fisik 
Pada  inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk papula, pustula, vesikel, urtikaria, dll. 
Garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. 
Pada daerah predileksi ditemukan terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-abuan, panjang kira-kira 10 mm. 
Pada beberapa kasus, ditemukan bau yang tidak sedap/amis.
5. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kulit dan rambut
Inspeksi :
Warna kulit : normal, ada lesi
Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : krang bersih, ada ketombe
Palpasi :
Suhu ? 36ºC
Warna kulit sawo matang, turgor kuit baik, kulit lembab, ada edema, ada lesi.
b. Kepala
Inspeksi :
Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong, tidak ada lesi
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
c. Mata
Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kiri, sklera berwarna putih, kkonjungtiva merah muda.
d. Telinga
Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen pada lubang telinga
Palpasi : tidak ada benjolan
e.   Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
f.    Mulut
Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih gigi bersih
g. Leher
Inspeksi : bentuk leher nrmal, tidak ada pembesaran kelenar tiroid
Palpasi : suara jelas, tidak sesak
h.   Paru
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
Perusi : resonan
Auskultasi : normal
i.    Abdomen
Inspeksi : perut datar, simetris
Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
j.    Ekstermitas
Atas : lengkap, tidak ada kelainan
Bawah : lengap normal
3.2 Diagnosa
1.    Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biolgi
2.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian sekunder
4.    resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
5.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema











BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa scabies adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabei. Penyakit scabies dapat menular dan kulit menjadi gatal. Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik yang erat seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, serta dapat juga melalui pakaian dalam, handuk, dan tempat tidur. 
Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies yang ditularkan melalui hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada bayi dan anak, Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden).
Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan untuk menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika jika scabies terinfeksi.

4.2 Saran
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan kepada klien skabies sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien skabies dengan baik dan benar






DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, (2005), Teks Atlas Kedokteran Kegawatdaruratan, Penerbit Erlangga  hal 408. 
Anonim. 2007. Skabies (kulit gatal bikn sebel). http://www.cakmoki86.wordpress.com
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
http://himmahpsik08.blogspot.com/2011/12/askep-skabies.html
http://himmahpsik08.blogspot.com/2011/12/askep-skabies.html
http://www.scribd.com/doc/99958692/asuhan-keperawatan-skabies

0 Berkomentar: