BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyebut senjata rakyat Aceh, selain meriam dan senjata api, yang
paling terkenal adalah rencong. Bahkan, salah satu gelar tanah Aceh disebut
juga sebagai “Tanah Rencong”.
Rencong atau ada pula yang menyebutnya reuncong, merupakan senjata tradisional
masyarakat Aceh. Rencong Aceh memiliki bentuk seperli huruf [L] atau lebih
tepat seperti tulisan kaligrafi bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau atau pedang).
Menurut sejarahnya, rencong memiliki tingkatan. Pertama, rencong yang
digunakan oleh raja atau sultan. Rencong ini biasanya terbuat dari gading
(sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Kedua,
rencong-rencong yang sarungnya biasa terbuat dari tanduk kerbau atau kayu,
sedangkan belatinya dari kuningan atau besi putih. Secara umum, ada empat macam
rencong yang menjadi senjata andalan masyarakat Aceh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah sejarah rencong aceh ini adalah agar
untuk lebih mendalam lagi pengetahuan pembaca tentang sejarah-sejarah senjata
khas aceh, dan sejarah aceh lainnya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas akhir yang diberikan dosen agar dapat diselesaikan
dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Rencong Dalam
Masyarakat Aceh
Rencong (Reuncong) adalah senjata tradisional dari Aceh.
Rencong selain simbol kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian
para pejuang dan rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan rencong sebagai
simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakat Aceh terlihat bahwa hampir setiap
pejuang Aceh, membekali dirinya dengan rencong sebagai alat pertahanan diri.
Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat pertahanan diri,
rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat ditemukan hampir
di semua toko kerajinan khas Aceh.
Bentuk rencong berbentuk kalimat bismillah, gagangnya yang melekuk
kemudian menebal pada sikunya merupakan aksara Arab Ba, bujuran gagangnya
merupaka aksara Sin, bentuk lancip yang menurun kebawah pada pangkal besi dekat
dengan gagangnya merupakan aksara Mim, lajur besi dari pangkal gagang hingga
dekat ujungnya merupakan aksara Lam, ujung yang meruncing dengan dataran
sebelah atas mendatar dan bagian bawah yang sedikit keatas merupakan aksara Ha.
Rangkain dari aksara Ba, Sin, Lam, dan Ha itulah yang mewujudkan
kalimat Bismillah. Jadi pandai besi yang pertama kali membuat rencong, selain
pandai maqrifat besi juga memiliki ilmu kaligrafi yang tinggi. Oleh karena itu
, rencong tidak digunakan untuk hal-hal kecil yang tidak penting, apalagi untuk
berbuat keji, tetapi rencong hanya digunakan untuk mempertahankan diri dari
serangan musuh dan berperang dijalan Allah.
Rencong yang ampuh biasanya dibuat dari besi-besi pilihan, yang di
padu dengan logam emas, perak, tembaga, timah dan zat-zat racun yang berbisa
agar bila dalam pertempuran lawan yang dihadapi adalah orang kebal terhadap
besi, orang tersebut akan mampu ditembusi rencong.
Gagang rencong ada yang berbentuk lurus dan ada pula yang melengkung
keatas. Rencong yang gagangnya melengkung ke atas disebut rencong Meucungkek,
biasanya gagang tersebut terbuat dari gading dan tanduk pilihan.
Bentuk meucungkek dimaksud agar tidak terjadinya penghormatan yang
berlebihan sesama manusia, karena kehormatan yang hakiki haya milik Allah
semata. Maksudnya, bila rencong meucungkek disisipkan dibagian pinggang atau
dibagian pusat, maka orang tersebut tidak bisa menundukkan kepala atau
membongkokkan badannya untuk memberi hormat kepada orang lain karena perutnya
akan tertekan dengan gagang meucungkek tersebut.
Gagang meucungkek itu juga dimaksudkan agar, pada saat-saat genting
dengan mudah dapat ditarik dari sarungnya dan tidak akan mudah lepas dari
genggaman. Satu hal yang membedakan rencong dengan senjata tradisional lainnya
adalah rencong tidak pernah diasah karena hanya ujungnya yang runcing saja yang
digunakan.
2.2 Seni Rencong
Rencong termasuk salah satu hasil seni tradisional, sejak zaman
dahulu rencong dalam penggunaannya berfungi sebagai berikut : Sebagai perhiasan
; rencong ini dipergunakan sehari-hari sebagai perhiasan (pakaian) yang
diselipkan di pinggang ; Sebagai seni (seni ukir) dan sebagai alat kesenian
seperti dipakai dalam pertunjukkan tari seudati ; Rencong sebagai perkakas
dipergunakan sebagai alat pelobang pelepah rumbia dan sebagainya ; Rencong
sebagai senjata perang untuk menghadapi musuh-musuh peperangan yang ingin
menjajah Aceh seperti Inggris, Belanda dan sebagainya. Menurut catatan sejarah
rencong mulai dipakai pada masa Sultan Ali Mugayatsyah memerintah Kerajaan Aceh
pada tahun 1514-1528. Pada waktu itu masih berorientasi pada kepercayaan Islam
yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah
aceh. Sehingga kedudukan rencong adalah sebagai berikut : gagangnya yang
melekuk kemudian menebal pada bahagian sikunya merupakan aksara Arab Ba ;
Bujuran gagang tempat genggaman berbentuk aksara Arab Sin ; Bentuk-bentuk
lancip yang menurun ke bawah pada pangkal besi dekat gagangnya merupakan aksara
Arab Mim ; Lajur-lajur besi dari pangkal gagang hingga dekat ujungnya merupakan
aksara Arab Lam dan ujung yang runcing sebelah atas mendatar dan bahagian bawah
yang sedikit melekuk ke atas merupakan aksara Arab Ha.
Dengan demikian rangkaian dari aksara BA, MIM, LAM dan HA itu
mewujudkan kalimah “BISMILLAH”. Ini berkaitan dengan jiwa heroic dalam bentuk
senjata tajam yang dipakai sebagai senjata perang untuk mempertahankan agama
Islam dari penjajahan orang-orang yang anti Islam. Saat sekarang ini untuk
kawasan Aceh Besar tempat penempaan rencong terdapat di desa Bait (Sibreh ) dan
desa Lamblang (Darul Imarah). Pada zaman dahulu tempat penempaan ini tersebar
di seluruh Aceh Besar yang antara lain : Kampung Pandee ; Seuneulop ; Lam Blang
; Baid ; Ulee Kareng ; Lam Pakuk ; Indrapuri ; Seulimeum ; Lhong dan
sebagainya. Namun untuk saat sekarang tempat tersebut ada yang masih
diperdayakan dan banyak juga yang sudah tidak diperdayakan lagi. Ini disebabkan
oleh faktor kemampuan sumber daya manusia maupun karena keterbatasan modal
usahanya.
2.3 Jenis-Jenis Rencong
Jenis-jenis rencong antara lain : Rencong Meupucok, Rencong
Meucugek, Rencong Meukuree dan Rencong Pudoi.
1.
Rincong Meupucok
Rencong
yang mempergunakan ukiran emas pada gagang bahagian atas. Gagangnya kelihatan
kecil pada bahagian bawah dan mengembang membesar pada bahagian atasnya.
Permukaan pada bahagian atas berukiran emas. Bentuk ukirannya antara lain :
Kembang berantai, Kembang daun, Kembang mawar dan ada juga berbentuk aksara
Arab. Hulu rencong Meupucok adalah ditutupi dengan ukiran emas pada bahagian
atas, dibungkus dengan emas bahagian putingnya dan biasanya terbuat dari tanduk
dan gading.
2.
Rencong Meucugek
Rencong
ini mempergunakan cugek (bergagang lengkung 90 %). Cugek melengkung ke bahagian
belakang mata rencong kira-kira 15 cm sehingga dapat berbentuk siku-siku. Cugek
ini gunanya efektif tidak mudah lepas dari tangan saat melakukan pembelaan
diri, sehingga dapat mmenerkam dan menikam lawan secara bertubi-tubi serta
mudah dicabut kembali walaupun sumbunya dalam keadaan berlumuran darah oleh
karena cugek sebagai penahan pergelangan tangan bahagian belakang.
3.
Rencong Meukuree
Rencong
yang mempunyai kuree pada mata. Bentuk kuree bermacam-macam ada yang berbentuk
seperti : bunga-bunga ; ular ; lipan ; akar kayu ; daun ; dan kayu-kayuan.
Gambar ini bukan sengaja dibentuk, tetapi terbentuk secara sendirinya waktu
rencong itu ditempa. Rencong ini berbeda dengan yang lainnya, semakin lama
disimpan semakin banyak kureenya dan semakin mahal harganya serta semakin
bertambah magisnya.
4.
Rencong Pudoi
Pudoi
artinya menengah (biasa). Ini dapat di lihat dari gagangnya. Gagang rencong ini
tidak sama dengan rencong meupucok, meucugek atau meukuree. Hulu rencong Pudoi
adalah pengangan tanpa variasi, kelah (pembungkus bahagian bawah hulu dan
puting yang kadang-kadang dibesarkan sedikit agar tidak tertutup dengan gagang
yang sederhana bila ditancapkan pada sasarannya. Gagang rencong Pudoi ini tidak
ada lengkungnya. Sejarah rencong Pudoi ini mulai tahun 1904 Belanda tidak
memperbolehkan memakainya. Sehingga larangan tersebut sangat melukai hati orang
Aceh dan bertentangan dengan adat istiadat yang berlaku pada waktu itu. Maka
jalan lain adalah mengelabui peraturan Belanda tersebut dengan cara merubah
bentuk rencong meucugek (meucangee) kebentuk lain yaitu rencong rencong Pudoi.
Dengan perubahan bentuk maka orang Aceh tetap memakainya tanpa diketahui oleh
orang Belanda kecuali diperiksa seluruh badannya. Adapun untuk menyembunyikan
keberadaan rencong maka diselipkan di pinggang di bawah kain sarung ataupu
celana tanpa di ketahui oleh Belanda, sehingga mereka tidak mematuhi larangan
Belanda.
2.4 Cara Membuat Rencong
Tehnik pembuatan alat-alat dari besi sudah berkembang di daerah
Aceh. Di samping dibuat untuk keperluan sendiri, juga untuk dijual ke daerah
lain di dalam maupun di luar Aceh. Teknik pembuatannya sudah mencapai tingkat
yang baik, barang-barang yang diproduksi sering tidak mencukupi. Hal ini dapat
menambah gairah para pekerja untuk memproduksi lebih banyak dan meningkatkan
kualitas mutunya, sehingga rencong bentuknya bervariasi serta ukiran-ukiran
yang menarik. Para pendatang dari luar daerah banyak yang membawa rencong hias
sebagai cindera mata dari Aceh.
Bahagian-bahagian rencong adalah : Hulu rencong ; Ukiran rencong ;
Perut rencong ; Ujung rencong ; Batasan rencong. Untuk memperindah rencong maka
diperkaya dengan variasi membuat ukiran pada gagangnya. Ukiran-ukiran dari emas
digunakan pada hulu, puting dan batang rencong. Bentuk ukiran ini tergantung
pada keinginan sipemakai atau penciptanya.
Untuk memperindah seni yang terdapat pada sebuah rencong maka
ditambah lagi dengan pembuatan sarungnya. Sarung rencong biasanya dibuat dari
kayu ataupun tanduk kerbau dan ada dari gading gajah. Kayu yang dipergunakan
antara lain : bak keupula (bunga tanjung), bak panah (batang nangka), bak mee
(batang asam jawa) dan lain sebagainya.6 Adapun motif-motif sarung rencong terdiri
dari motif fauna dan motif flora. Motif fauna adalah : ukiran ular, naga, ayam
jago, burung nuri, kupu-kupu dan sebagainya sedangkan motif flora adalah :
gambar-gambar bunga, buah dan daun.
Produksi barang-barang tersebut dibuat pada tempat penempaan besi
yang disebut pandei beuso. Tiap pandei beuso (pandai besi) dipimpin oleh
seorang utoh beuso (tukang / pandai besi) dan seorang asisten serta para
pekerja.
Alat yang digunakan para pandei beuso (pandai besi) antara lain :
tungku (tempat menghidupkan api), pompa angin untuk meniup api yang terbuat
dari kulit kambing, tempat air untuk menyepuh besi, palu besi, gergaji besi,
kikir, alas untuk tempat memukul besi dan membentuk benda yang akan ditempa,
Jepitan dan lain-lain. Adapun bahan baku yang dipergunakan : besi biasa, besi
baja, besi hancuran, tembaga dan besi putih dengan catatan besi tidak boleh
berkarat.
Besi untuk membuat rencong harus besi pilihan yang baik dan bebas
dari karat, biasanya besi putih agar tidak berkarat, namun boleh juga besi-besi
lain, ini tergantung pada keinginan sipembuat atau sipembeli. Besi putih lebih
mahal harganya dari pada besi biasa . Ada juga rencong yang dibuat dari besi
yang dicampur dengan sedikit tembaga atau kuningan ataupun emas. Hal ini
penting kalau sekiranya ada orang yang mempunyai ilmu ghaib (magic) terhadap
senjata dari besi, maka dengan adanya tembaga atau emas pada rencong tersebut
maka diperkirakan kekebalan ilmunya akan berkurang. Lain halnya dengan besi
untuk membuat pisau dapur , ini cukup besi apa saja. Untuk membuat parang ini
memerlukan besi yang keras agar parang tersebut tidak lembek atau patah
(biasanya per motor atau besi rel kereta api) dan nantinya dapat menghasilkan
parang yang tajam.
2.5 Asal Usul Rencong
darimana sebenarnya Rencong ini, jika kita
mencari sumber akan sangat sedikit referensi ataupun sumber sejarah yang kita
dapatkan, namun asal mula rencong terekam dalam
sebuah legendaAceh. Dalam sebuah cerita rakyat dikisahkan.
“Zaman dahulu di Aceh hidup seekor burung raksasa sejenis Rajawali, masyarakat Aceh menyebutnya "Geureuda". Keberadaan burung raksasa tersebut sangat menggangu kehidupan rakyat. semua jenis tanaman, buah-buahan dan ternak rakyat dilahapnya.Semua jenis perangkap dan senjata yag digunakan untuk membunuhnya tidak mapan, malah makin lama "Geureuda" tersebut makin beringas melahap tanaman rakyat.
“Zaman dahulu di Aceh hidup seekor burung raksasa sejenis Rajawali, masyarakat Aceh menyebutnya "Geureuda". Keberadaan burung raksasa tersebut sangat menggangu kehidupan rakyat. semua jenis tanaman, buah-buahan dan ternak rakyat dilahapnya.Semua jenis perangkap dan senjata yag digunakan untuk membunuhnya tidak mapan, malah makin lama "Geureuda" tersebut makin beringas melahap tanaman rakyat.
Oleh raja yang berkuasa ketika itu, menyuruh
seorang pandai besi yang juga ulama untuk menciptakan sebuah senjata ampuh yang
mampu membunuh "Geureuda" tersebut. Oleh pandai besi
yang mempunyai tentang perbesian atau perlogaman dalam cabang fisika
bernama METALOID, setelah melakukan puasa, sembahyang sunat dan berdoa baru
menempa besi pilihan dengan campuran beberapa unsur logam jadilah sebuah
senjata yang benama Rencong. Akhirnya dengan Rencong inilah burung tersebut
dapat dibinasakan, berkat rencong tersebut akhirnya menjadi senjata yangsimbol
kebesaran para bangsawan, merupakan lambang keberanian para pejuang dan
rakyat Aceh di masa perjuangan. Keberadaan Rencong sebagai
simbol keberanian dan kepahlawanan masyarakatAceh terlihat bahwa hampir
setiap pejuangAceh membekali dirinya dengan rencong sebagai alat
pertahanan diri. Namun sekarang, setelah tak lagi lazim digunakan sebagai alat
pertahanan diri, rencong berubah fungsi menjadi barang cinderamata yang dapat
ditemukan hampir di semua toko kerajinan khas Aceh.
BAB III
KESIMPULAN
Rencong atau ada pula yang
menyebutnya reuncong,merupakan
senjata tradisional masyarakat Aceh. Rencong Aceh memiliki bentuk seperli huruf
[L] atau lebih tepat seperti tulisan kaligrafi bismillah. Rencong termasuk dalam kategori dagger atau belati (bukan pisau atau pedang).
Menurut sejarahnya,
rencong memiliki tingkatan. Pertama,
rencong yang digunakan oleh raja atau sultan. Rencong ini biasanya terbuat dari
gading (sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Kedua, rencong-rencong yang
sarungnya biasa terbuat dari tanduk kerbau atau kayu, sedangkan belatinya dari
kuningan atau besi putih. Secara umum, ada empat macam rencong yang menjadi
senjata andalan masyarakat Aceh sebagaimana dilansiracehforum.com
Rencong Meucugek. Disebut meucugek karena pada gagang rencong terdapat
suatu bentuk panahan dan perekat yang dalam istilah Aceh disebut cugek ataumeucugek. Cugek ini
diperlukan untuk mudah dipegang dan tidak mudah lepas waktu menikam ke badan
lawan atau musuh.
Rencong Meupucok. Rencong ini memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari
ukiran logam yang pada umumnya dari emas. Gagang dari rencong meupucok ini
kelihatan agak kecil, yakni pada pegangan bagian bawah. Namun, semakin ke ujung
gagang ini semakin membesar.
Rencong Pudoi. Rencong jenis ini gagangnya lebih pendek dan berbentuk lurus,
tidak seperti rencong umumnya. Terkesan, rencong ini belum sempurna sehingga
dikatakanpudoi. Istilah pudoi dalam masyarakat Aceh adalah sesuatu
yang diangap masih kekurangan atau masih ada yang belum sempurna.
Rencong Meukuree. Perbedaan rencong
meukureedengan jenis rencong lain adalah pada matanya. Mata rencong jenis
ini diberi hiasan tertentu seperti gambar ular, lipan, bunga, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
ü Seni dan Makna Rencong Aceh (Jenis
Keahlian Tradisional Masyarakat Aceh), gerbangaceh.blogspot.com
ü http://lidahtinta.wordpress.com/2009/03/10/rencong-aceh/
0 Berkomentar:
Post a Comment